Wisata ke Palembang: Martabak Har, Pindang Musi Rawas, Pindang Umak, Durian dll

INI liburan keluarga yang bisa disebut liburan untuk kulineran. Alasannya: memang dirancang mencari beragam kuliner yang sudah diagendakan. Waktunya: menunggu anak sulung, Bagas, pulang dari Swedia.

Sudah sejak beberapa bulan silam rencana ke Palembang itu dimatangkan. Semua diurus anak-anak, termasuk biayanya: pesawat, hotel, dan lain-lain. Karena bulan Desember, maka harga pun melambung. Perburuan hotel juga tak mudah. Sejumlah hotel yang diincar sudah full booking, tapi untunglah masih dapat hotel bintang empat yang ada kolam renangnya. Letaknya, ternyata cukup strategis, Jalan Sudirman yang tidak jauh dari Pasar Cinde yang menjual berbagai macam kue, mpek-mpek dan krupuk. Di Pasar ini kami membeli oleh-oleh termasuk kue khas Palembang, kue delapan jam,  yang kemudian dibawa Bagas ke Swedia.

Pada 23 Desember kami sekeluarga berangkat, dengan grabcar yang kebetulan drivernya tetangga. Berangkat pagi, penerbangan dengan maskapai Jet Star ini ditunda beberapa kali. Kompensasinya? Mendapat kue yang banyak dijual di Indomart plus “airmineral glas.” Agak keterlaluan…

Tiba di Palembang, jadwal utama adalah makan di Pindang Umak yang tak jauh dari bandara. Tapi ternyata ada halangan: sebuah truk menghantam tiang jalur LRT sehingga jalanan macet. Akhirnya pilihan pindah ke rumah makan Pindang Umak lain -cukup jauh menurut saya. Dari Pindang Umak ini, kemudian langsung masuk hotel dan istirahat.

Palembang memang kota yang cocok untuk destinasi kuliner. Hanya kuliner yang menjadi daya tarik orang ke kota “mpek-mpek” ini. Wisata alamnya, tak seberapa dan itu, yang menarik mungkin, berada di luar Palembang. Pilihan wisata, yang layak didatangi, lebih pada wisaya sejarah: Benteng Kuto Besak, Museum Sultan Badaruddin, atau Masjid Cheng Ho yang terletak di daerah Jakabaring. Kami sempat ke masjid ini, tak sengaja, karena rencananya mau ke Pasar Induk. Dengan LRT, dari Pasar Cinde kami ke Jakabaring. LRT bersih dan nyaman, Berkat LRT ini, Palembang bisa-lah disebut “makin modern.”

Tentu Jembatan Ampera tidak boleh dilupakan. Jembatan ini dekat Benteng Kuto Besak dan Museum Sultan Badaruddin, jadi sekali jalan bisa langsung ke tempat-tempat wisata itu. Jika lelah, bisa mampir ke sejumlah rumah makan yang ada di pinggir Sungai Musi sekalian foto-foto.

Kemarin, dari putar-putar seputar Jembatan Ampera ini kami ke Pasar Ramayana, di sini pusat penjualan songket dan aneka kain Palembang dengan harga miring. Saya membeli kopiah khas Palembang dan baju songket lengan panjang cukup indah seharga sekitar Rp 500 ribu. “Cocok untuk kondangan,” kata istri saya. Tentu harga itu sudah melalui proses tawar menawar.

Dari sini kami kemudian meluncur lagi ke Pindang Musi Rawas. Ini rumah makan terkenal di Palembang. Selain Musi Rawas, sebelumnya, beberapa saat setelah tiba di hotel, kami makan martabak Har yang terletak di dekat hotel. Nah, bagi yang belum pernah ke Palembang, martabak Har merupakan kuliner yang wajib dicoba. Ini martabak legen. Ada beberapa tempat martabak Har, jadi carilah tempat aslinya. Menurut seorang kawan, yang asli di dekat Masjid Agung Palembang, Bersama anak, saya juga menyempatkan diri salat di masjid ini, masjid besar dengan pengunjungnya yang membludak.

Yang juga tak luput selama di Palembang adalah makan durian. Dari sisi waktu, ini bukan bulan musim durian. Tapi, di Palembang selalu ada durian yang datang dari berbagai daerah, tentu harganya mahal. Kami sempat ke Pasar Kuto, pusat penjualan durian, tapi karena masih pagi, maka hanya melihat-lihat pasar yang, katanya, paling hiruk pikuk di Palembang tersebut.

Acara membeli durian ini akhirnya kami lakukan di Kedai Durian “Darman” -kedai durian semacam Kedai “durian Ucok” di Medan. Harga di sini paling murah Rp 70 ribu dan paling mahal Rp 100 ribu.  Kita bisa mencicipi dulu dan jika oke, baru dibeli.

Demikian dari 23 sampai 25 Desember 2023, saya dan anak-anak menghabiskan waktu libur di Palembang -tempat kelahiran istri saya. Istri saya mengajak kami melihat rumah masa kecilnya yang telah dibeli orang. Pemiliknya mempersilakan kami anak beranak berkeliling, melihat-lihat rumah yang menurut istri saya tidak berubah hanya, sayangnya, kini agak tak terawat….

Pengalaman wisata ke Amerika Selatan: https://catatanbaskoro.wordpress.com/2017/03/15/wisata-ke-guyana/

Leave a comment